Banyak Penambang Pasir dan Batu, Kali Kromong Mojokerto Rawan Sebabkan Banjir

Keberadaan sungai Kromong yang berlokasi di Desa Pacet, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto dianggap sebagai sungai dengan tingkat rawan banjir.

Informasi yang dihimpun suaramojokerto.com, ada aktifitas warga pencari pasir dan batu di aliran sungai Kromong. Terlebih dilokasi itu juga dimanfaatkan sebagai lokasi objek wisata keluarga dan rafting serta banyak warung di bantaran sungai. Sehingga hal itu sangat membahayakan jika sewaktu- waktu terjadi bencana.

Saiful Anam, Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdatul Ulama (LPBI-NU) Kabupaten Mojokerto mengatakan, lokasi sungai Kromong yang berlokasi di Desa Pacet dianggap sebagai lokasi dengan tingkat bencana banjir yang membahayakan.

Terlebih BPBD Kabupaten Mojokerto menetapkan status siaga bencana hingga empat bulan kedepan, atau tepatnya pada 31 April 2020. Selain membahayakan terjadinya bencana banjir, Kondisi Sungai Kromong, menurut Anam juga rawan.

“Rawan disini bermacam macam, bisa rawan longsor dan juga banjir bandang sewaktu-waktu, seperti yang terjadi pada 27 Desember 2019 lalu, Air Bah berwarna coklat dari hulu tiba-tiba datang tanpa aba-aba,” tuturnya, Sabtu (18/01/2020).

Akibat air bah tersebut, terdapat 6 motor pengunjung yang hampir saja hanyut. Beruntung, petugas bersama relawan yang berjaga dilokasi berhasil evakuasi ke enam motor yang awalnya berada di pinggir sungai.

Kata Anam, jika mengacu pada banjir bandang kali kromong pada awal bulan Februari (3/2/2004), banjir bandang besar meluluhlantakkan jembatan kali kromong dan memutus jalur Cangar- Pacet.

Pihaknya menghimbau, agar para wisatawan maupun pemilik warung dan pengelola tetap berhati-hati dan waspada, terlebih saat turun hujan dengan intensitas tinggi.

“Untuk tindakan pencegahan dan kewaspadaan kami berharap kepada pihak BPBD Kabupaten Mojokerto segera memberikan sosialisasi di area ini dan kepada pihak Dinas Pengairan, besar harapan kegiatan penambangan batu di area ini menjadi perhatian penuh,” paparnya.

Tak hanya itu, pihaknya juga berharap adanya penerapan sistem ESW (Early Warning Sistem) atau sistem peringatan dini jika terjadi bencana.

“Perlu adanya Early Warning Sistem di sini, karena lokasi ini sangat rawan di tambah tak ada jalur evakuasi jika nanti terjadi banjir,” tandasnya. (sma/adm)

INI 8 FAKTA, Wanita di Mojokerto Nekat Buang Bayinya Hingga Ditangkap Polisi

Baca juga :