Petani Cabai di Kabupaten Mojokerto mengeluahkan harga pestisida yang melambung tinggi. Bukan hanya itu, saat ini para petani juga dihadapkan dengan serangan hama.
Salah satunya pentani cabai di Kecamatan Dawarblandong bernama Jito. Dia mengeluhkan harga pestisida yang terus melambung tinggi. Saat ini harga pestisida naik mencapai 50 persen.
“Misalnya, satu liter obat hama yang dulu dijual Rp 60 ribu kini menjadi Rp 90 ribu,” terangnya.
Pestisida, kata Jito dibutuhkan untuk membantu membasmi hama. Mengigaat saat ini rata rata tanaman cabai yang baru ditanam langsung diserbu hama. Mulai dari serangan tikus yang biasanya merusak batang tanaman hingga hama petek yang membuat daun menguning.
Kata di, lonjakan harga ini membuat biaya perawatan membengkak. Jito dan petani lain di tempatnya mesti merogoh kocek lebih dalam demi mengatasi serangan hama. Kondisi ini bahkan tak jarang membuat penyemprotan pertisida terlambat.
”Kami biasanya pakai insektisida yang herbal. Bukan yang kimiawi. Seperti merek gempur, sidafos, macam-macam,” terangnya.
Dia menjelaskan, dari tanaman cabai yang ditanam di lahan seluas 2000 meter persegi yang kini sudah hampir berusia 4 minggu, harusnya dilakukan penyemprotan di saat hama sudah mulai muncul.
Karena harganya yang melambung, penyemprotan pestisida yang seharusnya dilakukan satu bulan sekali ini hari ditunda.
”Kadang disempret satu bulan sudah muncul lagi. Apalagi kalau hama, tambah banyak,” imbu dia.
Menurutnya, tingginya harga obat pengendali hama dan gulma membuat perawatan tamanan tak masksimal. Tidak sedikit petani di tempatnya yang menunda penyemprotan karena terhalang harganya yang mahal.
Menurut Jito, pengobatan yang terlambat dapat menurunkan kualitas tanaman. Bahkan, dapat membuat tanaman mati. ”Kalau tidak diobati ya habis. Wong diobati saja masih diserang,” pungkasnya.(fad/Sam)
Baca juga :