Ekskavasi Situs Gemekan, Mojokerto Temuan Prasasti Dibuat Tahun 800-an.

Ekskavasi Situs Gemekan di Dusun Kedawung, Desa Gemekan, Kecamatan Sooko, menginjak masa penghujung penggalian. Dari serangkaian ekskavasi yang dilakukan, tim menemukan sejumlah temuan.

Diantaranya tim ekskavasi berhasil memindai denah situs yang diduga merupakan candi. Kemudian struktur kuno tersebut membelakangi Puncak Pawitra alias Gunung Penanggungan, hingga temuan prasasti yang memilki angka tahun jauh sebelum era Majapahit berdiri.

Pamong Ahli Budaya Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim Andi Muhammad Said menerangkan, dipenghujung proses ekskavasi yang dilakukan tim telah berhasil mengekskavasi 24 kotak gali yang ada di kawasan Situs Gemekan hingga memunculkan dinding keliling situs berukuran 32 meter persegi.

”Kita sudah identifikasi sudut-sudutnya dan sudah ketemu. Tapi pintu masuknya belum, karena masih belum kita buka semua. Untuk sementara ada beberapa yang sudah kami singkap, salah satunya di sisi timur ini,” ungkapnya.

Dirinya juga menyebut, sejauh ini Tim arkeolog BPBC Jatim juga sudah mengantongi denah Situs Gemekan yang didiga kuat merupakan bangunan candi itu. Temuan di lapangan menunjukkan struktur bangunan itu menghadap ke arah timur. Artinya, struktur kuno itu tidak seperti sejumlah temuan lainnya yang didirikan pada era Majapahit.

”Itu menghadap ke timur dan orientasinya ke barat. Kita sudah punya anggapan bahwa bangunan ini arah hadapnya berbeda seperti struktur temuan kebanyakan di Trowulan saat ini,” ungkapnya.

Temuan tersebut menjadi keunikan tersendiri bagi Situs Gemekan. Sebab, sejauh ini struktur bangunan suci yang dibangun pada era Majapahit orientasinya menghadap ke Puncak Pawitra Gunung Penanggungan. Apalagi, tim arkeolog tidak menemukan adanya batu umpak pada situs.

”Ini berada di wilayah Majapahit, tapi secara masa belum tentu sama. Menandakan adanya perbedaan dengan temuan-temuan di masa Majapahit (lainnya). Namun, kita masih mencari referensi bangunan yang tidak berorientasi ke pawitra itu berorientasi kemana. Apakah karena arah mata angin atau ke tempat tertentu,” urainya.

Menurut Said, ada dua poin penting yang dikantongi tim ekskavasi usai melakukan rekonstruksi. Yakni membuka seluruh bagian dinding keliling dan menggali bagian tengah struktur inti.

”Karena kita lihat itu bukan struktur yang kompak, seperti masih hancuran. Artinya, pada masa sebelumnya itu sudah pernah digali,” sebutnya.

Disinggung terkait hasil sementara proses pembacaan dan penafsiran aksara jawa kuno pada prasasti yang ditemukan di hari ketiga penggalian, pihaknya belum bisa bicara banyak.

Sebab, sejauh ini tim ahli epigrafi dari BPCB Jatim belum rampung membaca aksara kuno itu secara utuh. Namun, sebagian guratan yang ada pada batu andesit berdiameter sekitar 80 sentimeter itu menunjukkan angka tahun 800-an.

”Sekilas, angka tahunnya 800-an. Itu masanya Mpu Sindok, raja Kerajaan Medang atau mataram kuno. Eranya sebelum Majapahit,” tandasnya.(fad/Sam)

Baca juga :