Ekskavasi tahap dua Situs Gemekan, Mojokerto selama 6 hari mendapatkan sejumlah temuan penting. Di bagian sumuran, yakni di bagian tengah candi utama Situs Gemekan, Tim BPCB menemukan sesuatu yang tidak lazim.
Ketua Tim Ekskavasi Situs Gemekan Muhammad Ichwan menjelaskan, sumuran tersebut berukuran 140×140 cm. Namun, hingga kedalaman 210 cm, tim ekskavasi tidak menemukan pripih candi.
“Kami temukan cermin berbahan perunggu diameter 15 cm, bentuknya bulat berupa lempengan, kondisinya terbelah, belakangnya cekung. Perunggu pada zaman dulu juga dibuat cermin,” ujarnya, Senin (7/3/2022).
Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia Komda Jatim Ismail Lutfi menuturkan, temuan artefak di sumuran Candi Gemekan, Mojokerto menarik untuk dikaji.
Ada temuan tak lazim berupa cermin berbahan perunggu atau darpana. Selain itu, banyak pecahan bata di dalam sumuran.
“Harus kami kaji, apakah ada hubungannya dengan perusakan sumuran. Karena di struktur ini, sisi barat laut jelas ada perusakan sampai dinding sumuran sisi timur laut. Juga ada bekas menggangsir (melubangi) dari sisi selatan tembus ke sumuran,” ujarnya.
Terkait temuan tiga struktur di sisi timur candi utama Situs Gemekan, Lutfi memperkirakan bangunan itu untuk meletakkan wahana atau tunggangan tiga dewa utama.
Struktur tengah untuk wahana Dewa Siwa berupa lembu, sisi selatan untuk wahana Dewa Brahma berupa angsa, sedangkan sisi utara untuk wahana Dewa Wisnu berupa garuda.
“Karena kalau melihat sejumlah candi dari masa yang lebih tua di Jatim maupun Jateng ada kecenderungan candi utama yang menghadap ke tiga bangunan, biasanya untuk wahana. Ini masih dugaan, kami berangkat dari analogi,” tandasnya.
Candi Gemekan merupakan peninggalan Kerajaan Medang atau Mataram Kuno pada masa pemerintahan Mpu Sindok. Periodesasi itu dikuatkan dengan temuan prasasti di sudut timur laut candi pada Rabu (9/2/2022). Prasasti berbahan batu andesit ini terkubur di kedalaman 130 cm.
<!–nextpage–>
Posisi prasasti sudah ambruk dengan bagian atasnya menghadap ke timur laut. Bagian bawah dan sisi kanan atasnya sudah pecah. Baru lima fragmen prasasti yang ditemukan. Nampak depan, prasasti Gemekan berbentuk segi lima yang melebar ke bagian atas.
Bagian puncak prasasti meruncing atau berbentuk prisma. Sedangkan bagian dasarnya diduga datar sebagai dudukan prasasti. Tinggi prasasti yang tersisa 91 cm, lebar 88 cm, tebal 21 cm.
Isi prasasti menggunakan Aksara Jawa Kuno diukir pada keempat permukaannya sehingga disebut prasasti catur muka.
Berdasarkan sebagian isinya yang sudah diterjemahkan ahli epigrafi, Prasasti Gemekan dibuat pada masa pemerintahan Sri Maharaja Rakai Hino Mpu Sindok tahun 852 saka atau 930 masehi. Kala itu, Mpu Sindok membeli tanah masyarakat dengan 3 kati emas untuk membangun peribadatan.
Satu tahun sebelum mengeluarkan Prasasti Gemekan, Penguasa Kerajaan Mataram Kuno atau Medang itu memindahkan kekuasaannya dari Jateng ke Jatim tahun 929 masehi, jauh sebelum Majapahit bercokol. Mpu Sindok memerintah sampai 947 masehi. Sedangkan Majapahit berdiri tahun 1293 masehi.(tim/Sam)
Baca juga :