Tingginya persebaran angka Covid-19 di Kota Mojokerto membuat Pemerintah Kota (Pemkot) menerapkan kebijakan Work From Home (WFH) terhadap 2 ribu guru, tenaga kependidikan tingkat PAUD, SD dan SMP negeri maupun swasta.
Hal ini dilakukan menyusul tingginya angka persebaran Covid-19 di Kota Mojokerto. Sejauh ini saja sudah terdapat 7 tenaga pendidik yang meninggal karena terpapar virus corona. Selain itu, kebijakan WFH itu juga mengacu pada Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 01 Tahun 2021 dan Surat Edaran Gubernur Jawa Timur Nomor 800/120/204.3/2021 tentang Sistem Kerja Selama Masa PSBB.
Amin Wachid, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Mojokerto mengatakan, keputusan WFH ini diambil karena masih tingginya penyebaran Covid-19. “Kita usulkan ke Bu Wali Kota dan akhirnya disetujui kemarin. Ini juga upaya kita agar tidak muncul kluster baru di lingkungan pendidikan. Kita berharap langkah ini bisa menekan angka penyebaran Covid-19 di Kota Mojokerto,” ujarnya, Sabtu (9/1/2021).
Menurutnya, data persebaran Covid-19 yang menyasar tenaga pendidik pada bulan Desember 2020 kemarin saja, terdapat 37 orang tenaga pendidik yang dinyatakan positif Covid-19, bahkan 7 diantaranya meninggal dunia.
“Kita sudah lakukan rapid massal gratis kepada 1134 tenaga pendidik. Hasilnya 211 orang reaktif, 27 dinyatakan positif swab dan 7 orang meninggal dunia,” ungkapnya.
Amin menjelaskan, WFH ini bakal menyentuh 2000 tenaga pendidik dan pegawai dinas. Rinciannya, 1100 orang dari GTT/PTT, 800 orang dari PNS Guru dan sisanya 100 orang dari kantor Diknas.
Sementara pelayanan di sekolah dan dinas tetap diadakan dengan membentuk sistem shift. “Sesuai kebijakan dari Kepala Sekolah, diutamakan yang WFH di sekolah adalah guru yang berasal dari luar kota dan guru yang berusia di atas 55 tahun,” pungkasnya. (tim/ADV)
Baca juga :