Tercemar Limbah Produksi Usus, Sungai di Mojokerto Munculkan Bau Busuk

Diduga tercemar limbah produksi usus dan sampah rumah tangga, kondisi sungai Ledeng yang berlokasi di Dusun Sememi, Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto sangat memperihatinkan.

Informasi yang dihimpun suaramojokerto.com, kondisi sungai itu sudah berjalan bertahun-tahun. Bahkan menurut warga sekitar, akibat tercemarnya sungai berimbas pasa kondisi pasokan air.

Sunari (69), seorang warga mengatakan, sungai Ledeng yang menghubungkan antara desa Salen Bangsal ke sungai Sadar, tercemar oleh limbah pengolahan usus yang dikelola oleh warga sekitar.

” Iya memang, semua warga membuangnya disini, karena tidak ada tempat lain. Kurang lebih ya puluhan lah, pengusaha pengelolaan usus yang membuang di sungai Ledeng,” terangnya.

Kata Sunari, pembuangan limbah pengolahan usus di buang oleh warga dengan cara melewatkan dari saluran irigasi kecil, kemudian ke sugai.

Selain bau busuk, akibat tercemarnya sungai Ledeng juga berimbas pada air sumur milik warga sekitar. Sehingga warga terpaksa membeli air isi ulang untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari.

“Air sumur warga disini sudah tidak laik konsumsi. Untuk masak dan minum, kami beli sehari satu galon air isi ulang, dan juga harus memperdalam sumur bor. Kalau biasanya antara 8 sampai 10 meter, sekarang harus di atas 12 meter dalamnya. Hal itu berguna untuk menghindari pencemaran air sungai,” katanya.

Sementara itu, Edi, warga yang lain mengungkapkan, kondisi sungai di desa Modopuro sangat memperihatinkan. Air sungai yang sebelumnya bersih, kini sudah bercampur limbah.

“Baunya juga sangat menyengat. Kondisi seperti ini sudah 11 tahun dirasakan warga. Ini sudah agak mendingan, dua pekan lalu air disini warnanya merah,” jelasnya, Selasa (5/11/2019).

Tak hanya bau menyengat, sungai yang menjadi andalan warga untuk pengairan sawah itu sekarang sudah tak difungsikan lagi. Para petani memilih menggunakan air dari sumur bor. Meski modal pertanian yang harus dikeluarkan cukup besar.

“Karena tanamannya mati kalau kena aliran air dari sungai ini. Sehingga petani dirugikan. Sejak air sungai ini tercemar, hasil panen kami juga turun, jika biasanya bisa 1 ton, turun menjadi 7-8 kuintal,” tandasnya.

Tercemarnya aliran sungai Ledeng, tak lepas dari limbah home industri pengolahan usus ayam di desa tersebut. Dia mengakui, di Desa itu ada beberapa home industri pengolahan usus ayam. Bahkan, ada yang berkapasitas cukup besar.

“Sepertinya dari itu penyebabnya. Karena disini banyak home industri pengolahan usus. Bahkan, hampir seluruh rumah pemotongan ayam, ususnya dilempar ke sini,” imbuhnya.

Pencemaran aliran sungai Ledeng ini sebenarnya sudah pernah dilaporkan warga ke pemerintah desa dan Pemkab Mojokerto. Namun, hingga kini air sungai Ledeng masih tercemar dan menimbulkan bau tak sedap.

“Pernah dulu dilaporkan, bahkan sudah ada solusi dari pihak kepolisian. Kalau nanti pembuangannya diatur agar tidak ada pencemaran lagi, tapi nyatanya sampai saat ini tetap saja seperti ini,” jelasnya.

Menurutnya, warga tidak mempersoalkan adanya home industri pengolahan usus ayam di desa tersebut. Namun dia hanya berharap ada solusi terkait pembuangan limbah home industri tersebut. Agar sungai Ledeng tak lagi tercemar karena merugikan warga sekitar. Terlebih saat ini suda memasuki musim penghujan.

” Entah, nanti kalau sudah hujan, ancaman banjir jelas ada, apalagi sungai Ledeng kondisinya juga sudah tersumbat sampah dan tanaman kangkung. Ini saja gak jalan kan,” tandasnya. (sma/adm)

Baca juga :