Tekat besar Zabhrotul Aliyah wanita asal Desa Randubango, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto patut diapresiasi. Bagaimana tidak, demi untuk mengasah kreatifitasnya dalam membuat produk boneka rajut atau yang lebih populer disebut Boneka Amigurumi, dia nekat dua kali putus kuliah.
Informasi yang dihimpun suaramojokerto.com, boneka rajut atau yang lebih populer disebut Boneka Amigurumi ini lebih dulu populer di Jepang. Di Negeri Sakura sendiri seni merajut boneka ini disebut amigurumi.
Namun dalam tiga tahun ini, amigurumi mulai digandrungi oleh pecinta rajutan di Indonesia. Bahkan mereka juga menjual hasil rajutannya.
Seperti Zahrotul Aliyah atau yang akrab disebut Zahro, berbekal kejelian menangkap peluang bisnis, dia bisa menjadi salah satu produsen kerajinan tas hingga boneka amigurumi berbahan rajut.
Bahkan, kini karya hasil rajutan tangannya tak hanya tersebar di Mojokerto, melainkan juga sejumlah luar daerah. Seperti, Surabaya, Sidoarjo, dan sejumlah kota besar di Indonesia
Sebelumnya, dia sempat ingin membuat lampu hias dari kain wol. Tetapi tidak sesuai harapan. Sempat menyerah, tapi kemudian dia iseng-iseng mencari di internet berbagai kreasi dari benang.
Hingga akhirnya dia menemukan boneka rajut yang lucu dan unik. ’’Disitu saya mulai tertarik,’’ cetusnya, Sabtu (08/05/2020).
Motivasi membuat kerajinan pun mulai tumbuh lagi. Secara otodidak, Zahro mulai belajar merajut. Sebelum banyak pemesan, perempuan berjilbab itu membuat kerajinan rajut asal-asalan berupa tempat handphonep.
Dari karya tangan itu ternyata mendapat respon positif dari teman-temannya. Saat itu, kali pertama temannya memesan Syal. ’’Dari situlah banyak yang mengenali bisnis saya, Alhamdulillah,’’ tuturnya.
Bisnis boneka Amigurumi ini awalnya hanya dengan modal Rp 200 ribu dari hasil tabungannya. Memang tidak mudah. Tidak semua orang bisa merajut terutama untuk membuat kerajinan boneka rajut.
’’Harus membutuhkan kesabaran, ketelitihan dan harus banyak imajinasi,’’ terang gadis kelahiran 1998 ini.
Namun dengan kegigihan membuat Zahro, akhirnya ahli dalam merajut. Disisi lain, merajut memang juga sudah menjadi hobi sejak tahun 2014.
Kini, rajutan benang hasil karya miliknya tak hanya berbentuk boneka. Melainkan sejumlah jenis kerajinan rajut. Seperti tas selempang, tas laptop, gantungan kunci, bantal, topi, tempat pensil, dompet, mainan anak kecil, dan tempat tissu. Harganya pun cukup beragam. Mulai dari Rp 20 ribu sampai Rp 175 ribu. ’’Harga tergantung keribetan dan ukuran pemesan,’’ ujarnya.
Dibalik kesuksesannya dalam meraih kreatifitasnya, hingga menjadi pundi-pundi uang rupanya cukup beresiko. Dalam menekuni bisnis ini. Dia harus memutuskan untuk berhenti kuliah hingga dua kali.
Keputusan itu tentunya berat dan membuat orang tua kecewa.
Namun, Zahro tak mau terlena dalam keterpurukan. Dia pun pilih bangkit hingga akhirnya membuktikan para orang tuanya bahwa bisnisnya akan berjalan dengan baik meskipun tidak melanjutkan kuliah.
’’Tetapi sekarang orang tua saya mendukung usaha saya ini, dan mulai faham kalau saya mutus kuliah hanya ingin fokus dengan bisnis ini terlebih dahulu,’’ ungkapnya.
Apalagi, berjalannya waktu, bisnis rajut ini cukup menjanjikan. Keuntungan pun capai 50 persen dari modal yang dipakai. Sejumlah orderan tidak hanya dari Mojokerto, melainkan juga sejumlah luar daerah.
“Alhamdulillah untuk pemasaran saya terbantu dengan memanfaatkan media sosial. Biasanya untuk kado ulang tahun, dan sebagai hiasan rumah,’’ tegasnya. (sma/adm)
Baca juga :